
Ibu bekerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan di luar rumah dan meninggalkan anak dengan pengasuh, orang rumah atau di daycare dan sebagainya. Tidak hanya bagi mereka yang yang berstatus single parent, yang bersuami pun banyak juga yang memilih menjadi ibu bekerja. Pastinya mereka punya banyak alasan dan pertimbangan mengapa mereka tidak memilih tinggal di rumah untuk mengurus anak.
Sayangnya ada beberapa opini negatif tentang ibu bekerja antara lain kasus anak yang kurang berprestasi, kurang perhatian orang tua, gizi buruk bahkan tentang perilaku buruk sang anak di lingkungannya. Namun apakah benar semua itu timbul karena ibunya bekerja?
Saya yakin itu tidak sepenuhnya benar.
Saya pribadi pun mengalami semacam intimidasi dari orang dekat dengan pertanyaan “nanti setelah melahirkan, mau kerja lagi atau enggak ?“ setelah saya jawab dengan kata “iya”, tanpa saya kira, jawaban dia seperti ini : “ untuk apa bekerja? Masa’ sudah di beri titipan anak dari Alloh, mau dititipin ke orang lain lagi “
Yah, sedih memang..tetapi saya punya alasan sendiri kenapa setelah punya anak nanti saya ingin tetap bekerja.
*Jadi curhat nich…hihihi…
Berikut beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa menjadi Ibu bekerja:
Kebutuhan ekonomi.
Sebagian besar ibu yang kembali bekerja, bukan karena mereka ingin bekerja. Bagaimanapun, perasaan bersalah meninggalkan anak diasuh orang lain tetaplah ada. Namun, mereka juga tidak dapat menutup mata dengan kenyataan bahwa biaya hidup zaman sekarang sangatlah tinggi. Ini kenyataan yang kerap dihadapi oleh para ibu sebagai pengelola keuangan keluarga. Tidak ingin harus bergantung dengan uang yang ada, para ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan anak mereka.
Pengalaman masa kecil.
Anak perempuan yang ibunya bekerja, cenderung bersikap sama ketika dewasa. Anak-anak yang tetap merasa gembira dan bahagia meskipun para ibu mereka bekerja, cenderung berpikir bahwa anak-anak mereka pun, meskipun ditinggal bekerja, akan tetap gembira.
Menjadi Ibu Anti Depresi
Kata siapa ibu bekerja lebih stress dari seorang ibu rumah tangga? Dengan menjadi ibu bekerja ia memiliki waktu yang bervariasi. Pagi hari berada di rumah bersama suami dan anak, kemudian berangkat kerja dan bertemu atasan dan rekan kerja. Lalu di sore atau malam hari kembali menikmati waktu bersama keluarga. Di sela-sela jadwal yang padat sesekali ibu bekerja berkumpul dengan teman-temannya baik sendiri maupun bersama anak dan suami. Bagaimana mungkin ia bisa depresi? Depresi biasanya timbul akibat perasaan monoton dan bosan dengan rutinitas yang tidak bervariasi dan ibu bekerja sangat jauh dari kondisi itu.
Ibu Multiskill
Pernyataan ini bukan berarti bahwa ibu yang melulu tinggal di rumah tak dapat melihat lingkungan luar rumah tangga. Apalagi dengan semakin canggihnya alat komunikasi dan informasi yang mudah didapat. Namun lingkungan kerja memiliki kondisi yang sama sekali berbeda dengan rumah tangga. Di kantor sang ibu bekerja memiliki atasan, bawahan dan rekan kerja secara langsung.
Tips mengurangi rasa bersalah ketika meninggalakan anak bekerja:
1.Berikan Hak anak kita, termasuk Tetap memberikan ASI
2.Membuatkan sendiri makanan anak
3.Menjahit sendiri baju ulang tahun anak untuk dipakaikan saat ulang tahunnya yang pertama
4.Merawat anak begitu ibu tiba di rumah
5.Usahakan pulang kantaor tepat waktu
6.Maksimalkan quality time saat bersama buah hati dan suami
Namun demikian pilihan kembali kepada kita sebagai perempuan. Jika merasa menjadi ibu rumah tangga adalah sesuatu yang mulia, tentu tak ada salahnya Namun ada baiknya untuk tidak menganggap bahwa ibu bekerja ingin lari dari tanggung jawab mengasuh anaknya :D.
Dengan kata lain, perempuan yang memilih tetap bekerja setelah melahirkan, memiliki keinginan untuk melindungi anak dan diri sendiri dari kemungkinan buruk yang mungkin mereka alami.
#Dari berbagai sumber